Kamis, 24 Desember 2009

TANGKAS WIBOWO lucky number 13 recommended film 2009 (fall movies not include)



THE HURT LOCKER
sisi lain film perang yang belum pernah di angkat dalam film2perang sebelumnya, akting jeremmy rennernya mantaps,pengalaman menontonya berhasil memberikan ketegangan yang luar biasa,sutradaranya cewe,my number 1 movie of 2009!!!



RACHEL GETTING MARRIED
what a wedding!!! cerita disfunctional family ketika detik2 menjelang momen pernikahan, atmosfir pesta pernikahanya berhasil menginspirasi gua kelak(hahaha)
Karakter2nya simpel buat di ikutin, aktingnya memikat, figur ayah yang sayang ke anak perempuan di film ini dapet banget,dialognya ngalir...enjoy banget lah ini filmnya



EXTRACT
ini baru film lucu berkelas, it's not a sex and slapstick comedy. scriptnya luar biasa, karakter2nya luar biasa,ceritanya ga ada yang gantung, semua ada babak awal dan akhirnya, cara ngeakhirin tiap2 masalah tetap bagus dan lucunya konsisten. gua sedikit2 ketawa ketika nonton film ini akibat dialog dan akting dari cast2nya



DOGHOUSE
it's british, it has a zombie( tapi cuma cewe2 doang), premis ceritanya oke dan gua suka dengan penciptaan karakter2 zombienya...



I LOVE YOU, MAN
wahaha... are you man enough to say it????? semoga gua punya bestman dan calon istri sekeren di film ini...(ngarep.com)



DISTRICT 9
hebat aja bisa jadi film yang bunglon antara mockumentary dan sci-fi action dimana ga kerasa kapan perubahanya. it's a directorial debut from neil blomkamp...wow!!!!



STAR TREK
sebenernya di balik plot ceritanya yang luar biasa itu merupakan sisi standarnya JJ Abrams hahahaha... lightingnya mantaps gan!!!!



FUNNY PEOPLE
subjektif bgt!!!! judd apatow,seth rogen,jonah hill... a serious comedy!!! genre baru nih.



500 days of summer
belum pernah ada ending film romantis senendank!!!! film ini.



JENIFER'S BODY
wew..it has meganfox eating a man alive,bitching,flying,floating,kissing a girl with tongue...wahahaha nice story though.



MARY AND MAX
a very unique and handmade joyful movie to watch.



THE LAST HOUSE ON THE LEFT
ini remake, tapi gua heran aja baru di remake sekarang, ceritanya membawa nafas baru di jagad perthriller-an menurut gua...jadi ini sesuatu yang fresh.



MICHAEL JACKSON THIS IS IT
michael i can see your halo through this movie, i hope it won't fade away and i pray it won't fade away....


satu film terakhir (special mention jatohnya)gua mau masukin film yang belum gua tonton dan rada nyerempet ke fall movies, tapi ga pa2 yang jelas gua udah baca semuanya di moviespoilers.com dan sangat2 terpukau dengan trailer filmnya, terus baca2 komentar dan reviewnya seperti yang satu ini:
"With its grainy, desaturated look, Ford's film, based on Christopher Isherwood's 1964 novel, is every bit as stylized as you'd expect. At times, "A Single Man" is reminiscent of a less atmospheric Wong Kar-Wai, especially in the way the visuals have a tendency to overwhelm rather than enhance the script"



huwaoow.... and it's a directorial debut from Tom Ford ( a fashion designer, do you know? how do you think about daniel craig looks in Quantum of Solace and Casino royale)unfortunately the story about a gay who is struggling to find meaning to his life after the death of his long time partner.but whatever i want cinematic experience, because cinema doesn't get much better than this salah satu kutipan kritikus ttg film ini

Kamis, 03 Desember 2009

district 9


District 9//Neil Blomkamp//Sharlto Copley//2009

A fast-paced and non-stop thrillaction science fiction story with thoughtfull provoking ideas of humanitarian that still has room for shoot-outs, explosions, and bloody violence , also it directed with astonishing debut of Neil Blomkamp mockumentary

“Mockumentary (also known as a mock documentary) is a genre of film and television in which fictitious events are presented in a non-fiction or documentary format; the term can also refer to an individual work within the genre. Such works are often used to analyze or comment on current events and issues by using a fictitious setting.”
Semenjak pertama kali melihat trailernya yang sangat “expect the unexpected”, district 9 merupakan film summer-movies yang sangat fresh ketika ia berhasil menggabungkan genre yang selalu mencuri perhatian pada beberapa tahun kebelakang(di mulai pertama kali oleh Blairwitch Project,film2nya Michael Moore,Sascha Baron Cohen,Rec,Quarantine, Cloverfield,etc),juga label Sci-Fi yang pasti menarik untuk para penonton agar “tetap” menyaksikanya. District 9 secara keseluruhan berhasil membuat ceritanya untuk tetap berdiri di tengah-tengah tanpa harus memihak siapa yang salah dan siapa yang benar, penonton akan merasakan bagaimana Neil Blomkamp sepanjang film berusaha mengombang-ambingkan penontonya sebagai pihak yang netral, pihak manusia dan pihak alien melalui gaya mockumentary yang berkelas(Apa yang terjadi jika dokumenter berprogressif menjadi Independence Day bertemu Black Hawk Down dalam sebuah film, dan kita tidak merasakan di mana titik di dalam filmnya ketika hal tersebut berganti, terasa sangat mengalir dan menghanyutkan saja) dan bersahaja dengan kandungan unsur “man..i’ts summer movies”(walupun tanpa bintang berkelas satupun). Sebuah plot cerita yang luar biasa dengan setiap aspek-aspek detail dalam setiap menit filmnya membuat pengalaman menonton Science Fiction yang tidak menyesatkan dan menyentuh dengan unsur2 realismenya dalam hal percintaan,politik apartheid yang pernah di terapkan di afrika,perbudakan, dan perjuangan manusia yang mencoba bertahan hidup di tengah keterpurukan.
Tentang unsur ide2 kemiskinan yang di buat satir namun tetap memprovokasi, sangat tergambar dalam hal obsesi para alien terhadap catfood seperti ibaratnya manusia terhadap makanan pokoknya, Catfood ini menjadi sebuah simbol, di mana untuk makan, bahkan makanan yang sifatnya snack, saja sulit bagi para penduduk district 9 yang merupakan pencitraan dari (saya percaya) Neil Blomkamp sendiri tentang negara kelahiranya Afrika Selatan pada zaman Apartheid.Pencitraan melalui Science Fiction untuk mengangkat isu2 degradasi moral dan kepadatan populasi penduduk Negara-negara berkembang.

Basterds is a “bulls-eye” cinematic dialogue language visuals with most of Tarantino's trademark easier to be thrilled


Inglourius basterds//Quentin Tarantino//Brad Pitt-Christopher Waltz-Eli Roth-Michael Fassbender-Diane Krueger-Melanie Laurent//2009

Hmm..mayoritas tanggapan penonton setelah menonton film ini pasti setuju kalau film ini berhasil memberikan pengalaman menonton film serius,ikonik,noir,klimaks,terintimidasi,dan konyol yang jauh dari kata membosankan. Hal pertama saya akan mengomentari betapa konklutifnya scene-scene dialog panjang khas Quentin yang di dalam film ini saya selalu mendapatkan klimaks ketika layar menghitam lalu kemudian berangsur muncul tulisan putih chapter 1,chapter 2,dst.Terlebih jika Christopher Waltz a.k.a Col. Hans Landa di dalam chapter tersebut membicarakan segelas susu yang harus di berikan kepada elang atau tikus kemudian di akhiri dengan line“Because I'm aware what tremendous feats human beings are capable of once they abandon dignity” atau ketika ia sangat menghargai segelas susu dan applepie(apapunlah) harus dimakan dengan cream pada pertemuan tdk terduga yang mengalir menjadi percakapan sangat menegangkan dan terintimidasi diakhiri dengan line “I did have something else I wanted to ask you, but right now, for the life of me, I can't remember what it is. Oh, well, must not have been important. Till tonight” walaupun dalam sebuah cafĂ© yang ramai di paris pada jaman rezim nazi, dan atau(terakhir) ketika ia bertanya “What's that American expression? "If the shoe fits... You must wear it.".
Adegan point of view dari si korban yang dalam film-film sebelumnya biasa di visualisasikan dari dalam bagasi mobil, sekarang di buat lebih ekspresif dan terasa lebih “catchy” dengan adanya mimik ikonik Brad Pitt dan beberapa kali di temani Eli Roth yang kadang menyeramkan kadang konyol ( just get back behind the screen and start writing a horror/slasher /gory macam hostel dan cabin fever,just don’t do an act please…). Tidak lupa karakter femme fatale yang sukses membuat terngiang2 dalam film ini, Shosanna dan Bridget Von Hammersmark, yang masing2 punya karakter contrast sehingga kita tidak bosan dan mengerti kenapa harus ada 2 karakter femme fatale di film ini, although…the silence one are the deadliest.Stereotipe Quentin yang ada di mana-mana mulai dari adegan percakapan di awal sebelum terjadi pembunuhan massal (layaknya awal dan ending pulp fiction),memunculkan nama karakter dan julukan dengan tipografi ala film kelas b dengan scene2 yang di freeze, kemudian flashback tentang karakternya,Skoring musik yang saya tidak tahu nama genre musiknya apa namun terasa keren-keren penuh dendam (seperti di kill bill), misteri yang tidak terjawab seperti koper dalam film pulp fiction, dengan bekas luka pada Aldo the apache dalam film ini, Kekerasan yang frontal (ala film2 b-movies, dengan darah yang berlebihan),sampai tak lupa kemunculanya sebagai cameo dalam film (ada yang menghitung, lebih dari sekali lho!!!) membuat Inglourius Basterds(mungkin ini akan menjadi trademark baru, misspelling on title..based on the way Quentin said it) akan mengikuti jejak-jejak sang pendahulunya mulai dari Jackie Brown, Reservoir Dogs,Pulp Fiction, Kill Bill, dan terakhir Grindhouse menjadi sebuah cult movies ala Quentin yang di jamin kita masih bisa menemui hal2 yang sebelumnya belum di temui ketika menonton berkali-kali, dan dengan intensitas tersebut filmnya akan menjadi sebuah cult bagi saya, dan mudah-mudahan bagi siapun yang menontonya.
Ensemble cast secara keseluruhan untuk film ini menurut saya sudah pas, namun bagi saya, saya masih tidak suka kenapa harus Eli Roth yang menjadi “the jew bear”, dan semoga Brad Pitt mendapat nominasi atas aksen dan mimic ikoniknya dalam film ini, begitu pula Christopher Waltz, so far…he must be the supporting actor in a lead role of the year, his question are chilling meets crazy and intimidating, Joker(Heath Ledger)here are your opponents, the Nazi detective interrogator head of security Sociopath(Bowo)

“Some people will like Inglourious Basterds (2009). Some people won't. But it was made with all the passion I've made everything with - except maybe my first film, which was probably made with more passion than I'll ever have again” Quentin Tarantino.

“It turns out a Mannly exciting crime life and slam-bang engagement of John Dilinger as an American public enemies”



Mungkin ketika memasuki bioskop saya sudah terlalu banyak mendengar komentar yang mengecilkan ekspektasi yang di harapkan ketika akan menonton Public Enemies, tapi saya tetap harus menonton film ini. Hal pertama yang patut untuk di perjuangkan ialah karena ini film Michael Mann, salah satu sutradara Hollywood yang biasanya menelurkan film action cop vs bad guy yang biasanya sukses secara komersial dan di puji oleh kritikus. Hal tersebut bukanlah tidak berdasar,coba cari tahu tentang karya2 Michael Mann sebelumnya seperti Heat(it’s like the father of action movie, it has son called The Dark Knight) ,The Insider,Collateral dll.Terlebih jika anda pernah menontonya anda pasti sudah tidak perlu lagi membaca uraian di atas.
Public Enemies mungkin film action yang membawa semangat action epic realis yang sudah lama tidak muncul, ibarat film 300 yang membawa penonton dalam perang kolosal yang lebih dekat, Public Enemies membawa penontonya untuk masuk bahkan “tertembak” dalam visualisasi penyergapan-penyergapan dan baku tembak yang terjadi dalam perjalanan “con-man” nomer 1 amerika pada masanya John Dilinger yang di perankan ikonik-ikonik tanggung oleh Johny Depp. Sinematografi handheld ala Michael Mann dengan menggunakan low light ketika malam hari dan tone mentah namun tetap tajam ketika siang hari yang menurut saya sesuai untuk setting film ini, mengingat ini merupakan film Michael Mann pertama dengan setting waktunya masuk kategori classic/oldies sehingga salah satu trademarknya ini “kawin” dengan filmnya.Jadi ketika menonton film ini, anda sangat salah jika mengharapkan gambar2 noir yang stylish dan indah layaknya film Road to Perdition atau salah satu karya terbaik anak negeri, Kala.
Hal kedua untuk tetap menonton film ini tidak lain pengaruh Johnny Depp yang mempunyai “midas touch” secara entertainment dalam setiap karakter yang ia perani dalm film2nya pada era sekarang.Tapi menurut saya, hal ini terlalu mainstream, siapa sekarang yang tidak tahu dengan Jack Sparrow atau Sweeney Todd. So What ,he’s a born actor!!!! Ekspektasi saya justru teralihkan kepada Marion Cotillard, aktris muda yang namanya sudah pantas di sejajarkan dengan Kate Winslet,Meryl Streep,Nicole Kidman, Julia Roberts( oh yeah…they’re all had an Oscar once…).Marion Cottilard di sini tampil, di mata saya, luar biasa . Ini mungkin yang harus apresiasi dengan sangat dalam film Michael Mann teranyar ini, yakni adanya karakter wanita yang cukup kuat di gambarkan mengiringi karakter si penjahat and guess what… si wanita ini tidak malah menghancurkan si penjahat itu, hooray…you’ve break the clichĂ© of what you done in Heat and Miami Vice.Membahas sedikit lagi tentang Marion Cotillard, nantikan penampilanya dalam film musical ibarat “sarang macan” akhir tahun ini (1st class actress and actor featuring Daniele Day Lewis,Penelope Cruz,Nicole Kidman,Marion Cotillard,Sophia Loren,Judi Dench and Kate Hudson) Nine arahan sutradara yang sukses dengan Chicago. Saya berkesempatan melihat trailernya, 1 kata “RRrrrgh excited ”.
Overall… Public Enemies memberikan kesan film yang sedikit kearah foreign movie namun tetap dengan performa acting Hollywood. Secara alur yang terbilang lambat,tone warna yang sederhana,art yang simple dan realistis,serta ending film yang relatif terkesan “ZZzzzz..”Selain itu, saya member aprsiasi lebih dalam hal scoring serta sound engineer khususnya ketika penyergapan2 perampokan dan persembunyian John Dilinger yang menurut saya, realistis (Maklum baru2 ini ada 2 live streming video penyergapan Noordin M Top, visualisasi di fim ini mendekati video tersebut).TIdak lupa ada beberapa dialog yang memang “kawin” ketika seorang Johnny Depp mengucapkannya misalnya “I like baseball, movies, good clothes, whiskey, fast cars... and you. What else you need to know?”(Bowo)

Consensus: Sinematografi yang harus di apresiasi, terlebih kalau kamu mau merasakan apa itu film action?