Kamis, 04 Maret 2010

UN PROPHET define what so called Mob,Crime and Prison can be on cinema this day

The Prophet mengajak kita memasuki dunia mafia ala The Godfather dari dalam penjara di Prancis melalui seorang pria setengah Arab dan Corsica yang ironisnya tidak bisa berbahasa Prancis, Malik el-Djebena(Tahar Rahim).Dunia dari dalam sana bisa di ibaratkan seperti tidak ada manusia namun yang ada hanya binatang, maka hal ini memaksa Malik El-Djebena harus tunduk terhadap Luciani “a Cesar” supaya keberlangsungan hidupnya di penjara tersebut terlindungi. Cerita ini semakin bergulir secara seru,elegan dan kejam hingga kemudian mengantarkan Malik El-Djebena untuk berkuasa untuk menjelma menjadi seorang A Prophet, layaknya utusan tuhan yang memiliki jutaan umat dalam dunia seperti yang saya sebutkan seblumnya.

Formula film prestisius seperti The Godfather dan The Shawshank Redemption yang diramu dengan skrip dan eksekusi film modern membuat Un Prophet memberikan kenikmatan yang sesuai untuk dinikmati sebagai film jaman sekarang dengan cita rasa yang original. Ini seperti kita mencoba makanan tradisional kampung halaman yang lezat sekaligus bikin kangen tapi kita menemukanya di kota,tidak usah jauh-jauh harus keluar dari peradaban ke kampung halaman.



Chemistry antara Luciani dan Malik yang mengingatkan antara Don Corleone dan Michael,Pertikaian antara Corsica dan Muslim layaknya Corleone Family dan Barzini,Tattaglia Family, Lingkungan penjara dengan lingkungan di luar penjara, Kekerasan yang elegan pada level brutalisme tingkat “aaaggghhh…”,ditambah dengan sisi imajinatif dan surreal karakter Reyed yang merupakan “something fresh added for the genre”(mungkin saya belum nonton Gomorrah,katanya.) dan sedikit style “ngintip” yang beberapa kali hadir dalam filmnya untuk menambah kesan gelap dan dramatis merupakan jaminan dari saya tentang perkawinan cita rasa klasik dengan eksekusi modern itu sendiri, belum lagi kalau saya bisa bahasa Prancis, saya yakin dialog di film ini akan menambahkan level ketegangan sekaligus kagum dengan beberapa yang saya cermati seperti sedang mebicarakan sesuatu yang bijak mengadopsi dari ajaran-ajaran agama Islam, mungkin?

Tidak banyak yang bisa diapresiasi secara visual di mata saya, walaupun warna film yang terkesan biasa tersebut menjadi salah satu kekuatan film ini yang mungkin tidak banyak yang menyadari, tapi untuk masalah akting yang merupakan “soul” dari film-film di genre ini(menurut saya, karena kekharismatikan seorang tokoh dalam film di genre ini bisa jadi mengalahkan ceritanya untuk tetap ditonton sampai selesai) apresiasi di tujukan kepada Malik El-djebena (Tahar Rahim), transformasi dari lelaki keluguan sampai menjadi lelaki kesetanan ditampilkan dengan performa yang cukup “mengerikan” dalam konotasi positif di mata saya untuk segi kualitas seni peran.Menyaksikan kebingungan yang ditampilkan secara simple namun magnetic dalam usaha mendobrak diri menuju sesuatu yang jauh dari sisi kenyamananya menjadi sesuatu yang layak ditonton disepanjang film ini dari seorang Tahar Rahim sebagai Malik El-Djebena. Selain itu, kita juga akan diberikan performa rendezvous to Marlon Brando don Corleone dari Niels Arestrup, isn’t it a rare performance that you dying and thirst to see.

Grand Prix Cannes Film Festival 2009, dan sejumlah nominasi film terbaik kategori foreign dalam acara-acara award season menjadikan tidak perlu ada kata-kata lagi untuk merekomendasikan film ini sebagai sebuah tontonan yang harus, “it’s an event movie of life, a birth of a prophet”.

Tidak ada komentar: